Jumat, 31 Oktober 2008

Kebiasaan Makan Pagi Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

Sri Desfita, Wiyono


INTISARI

Latar belakang: Prevalensi status gizi kurang menurut survei Mercycorps. (2005) di Provinsi Riau adalah 35%. Kebiasaan makan pagi merupakan faktor determinan status gizi. Anak yang tidak biasa makan pagi berisiko terhadap terjadinya status gizi kurang. Data kebiasaan makan pagi pada anak sekolah dasar di Kota Pekanbaru masih terbatas. Kebiasaan makan pagi akan mempengaruhi konsentrasi anak. Status gizi yang kurang pada anak ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena anak adalah generasi penerus bangsa.

Tujuan: Mengetahui kebiasaan makan pagi dan status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru.

Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, pada bulan Mei sampai Juni 2008. Populasi adalah anak SD Negeri di SD Negeri Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Subjek penelitian adalah anak SD Negeri dengan kriteria inklusi murid kelas V. Besar sampel minimal berdasarkan rumus Lemeshow, et al. (1990) adalah 88 subjek. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan teknik simple random sampling, sedangkan pemilihan sekolah dasar berdasarkan teknik purposive sampling dengan mempertimbangkan keterwakilan setiap sekolah dasar. Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data kebiasaan makan pagi, data berat badan serta tinggi badan. Data kebiasaan makan pagi diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data berat badan diperoleh dengan cara penimbangan menggunakan timbangan digital merek ACIS. Data tinggi badan diperoleh dengan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise. Kebiasaan makan pagi dikategorikan sering bila frekuensi makan pagi dalam seminggu ≥ 4 kali dan jarang bila frekuensi makan pagi dalam seminggu <>

Hasil: Kebiasaan makan pagi subjek 41,7% termasuk jarang. Subjek yang mengalami status gizi kurang 15,2%, kurus sebesar 0,8% dan status gizi pendek 19,7%.

Kesimpulan: Masih banyak ditemukan anak sekolah dasar yang jarang makan pagi. Prevalensi status gizi kurang pada anak sekolah dasar termasuk rendah.

Kata kunci: kebiasaan makan pagi, status gizi, anak sekolah dasar


PENDAHULUAN

Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Pertumbuhan yang berlangsung membutuhkan zat-zat gizi yang adekuat. Bila kebutuhan zat gizi tersebut tidak terpenuhi, akan terjadi hambatan pertumbuhan dengan manifestasi anak kurus (wasted) maupun pendek (stunted). Status gizi yang kurang pada anak ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena anak adalah generasi penerus bangsa.

Survei Mercycorps. (2005) menemukan bahwa 35% anak sekolah di Riau mengalami status gizi kurang. Kebiasaan makan pagi merupakan faktor determinan status gizi (Irawati, 2000). Anak yang tidak biasa makan pagi berisiko terhadap terjadinya status gizi kurang.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2006), ditemukan hanya 15,2% anak sekolah dasar yang mempunyai kebiasaan makan pagi di Kabupaten Majalengka. Sibuea (2002) menemukan 57,5% anak sekolah di Medan tidak pernah sarapan pagi. Penelitian Kurniasari (2005) di Yogyakarta menemukan sebesar 25% anak sekolah dasar mempunyai kebiasaan makan pagi yang jarang. Data kebiasaan makan pagi pada anak sekolah dasar di Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru masih sangat terbatas. Hal ini menjadi pendorong dilaksanakannya penelitian yaitu untuk mengetahui kebiasaan makan pagi dan status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru.

CARA PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, pada bulan Mei sampai Juni 2008. Populasi adalah anak SD Negeri di SD Negeri Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Subjek penelitian adalah anak SD Negeri dengan kriteria inklusi murid kelas V.

Besar sampel minimal berdasarkan rumus Lemeshow, et al. (1990) adalah 88 subjek. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan teknik simple random sampling, sedangkan pemilihan sekolah dasar berdasarkan teknik purposive sampling dengan mempertimbangkan keterwakilan setiap sekolah dasar.

Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data kebiasaan makan pagi, data berat badan serta tinggi badan. Data kebiasaan makan pagi diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data berat badan diperoleh dengan cara penimbangan menggunakan timbangan digital merek ACIS. Data tinggi badan diperoleh dengan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise. Kebiasaan makan pagi dikategorikan sering bila frekuensi makan pagi dalam seminggu ≥ 4 kali dan jarang bila frekuensi makan pagi dalam seminggu <>

HASIL PENELITIAN

SD Negeri yang ada di Kecamatan Bukit Raya berjumlah 17 sekolah. Subjek penelitian berasal dari 2 SD Negeri yaitu SD Negeri 025 Kelurahan Tangkerang Selatan dan SD Negeri 052 Kelurahan Simpang Tiga. Jumlah subjek penelitian adalah 132 anak yang terdiri dari 48 anak berasal dari SD Negeri 025 dan 84 anak berasal dari SD Negeri 052.

Sebagian besar subjek berusia 10-11 tahun (77,3%) dan 51,5% terdiri dari perempuan (tabel 1).

Tabel 1. Distribusi subjek berdasarkan usia dan jenis kelamin

No.

Karakteristik

Frekuensi

Persen (%)

1.

Usia

a. 10 – 11 tahun

b. 12 – 13 tahun

102

30

77,3

22,7

2.

Jenis kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

64

68

48,5

51,5

Tabel 2 menunjukkan bahwa kebiasaan makan pagi subjek sebesar 41,7% termasuk jarang.

Tabel 2. Distribusi subjek berdasarkan kebiasaan makan pagi

No.

Kebiasaan Makan Pagi

Frekuensi

Persen (%)

1.

Jarang

55

41,7

2.

Sering

77

58,3

Status gizi subjek berdasarkan antropometri dengan menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dapat dilihat pada tabel 3. Subjek yang mengalami status gizi kurang 15,2%, kurus sebesar 0,8% dan status gizi pendek 19,7%.

Tabel 3. Distribusi subjek berdasarkan status gizi

No.

Status Gizi

Frekuensi

Persen (%)

1.

BB/U

a. Gizi lebih

b. Gizi baik

c. Gizi kurang

2

110

20

1,5

83,3

15,2

2.

BB/TB

a. Gemuk

b. Normal

c. Kurus

6

125

1

4,5

94,7

0,8

3.

TB/U

a. Pendek

b. Normal

26

106

19,7

80,3

PEMBAHASAN

Kebiasaan makan pagi termasuk ke dalam salah satu 13 pesan dasar gizi seimbang. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar (Depkes, 2002). Penelitian ini menemukan 41,7% subjek jarang makan pagi. Hal ini banyak disebabkan karena subjek tidak memiliki cukup waktu untuk makan pagi.

Terdapat beberapa alasan untuk tidak makan pagi seperti tidak lapar, tidak ada waktu, tidak ada yang menyiapkan makanan, tidak suka makanan yang disiapkan, makanan tidak ada dan sebagainya (Muhilal & Damayanti, 2006). Penelitian Kurniasari (2005) di Yogyakarta menunjukkan 25% anak SD jarang makan pagi dengan alasan tidak sempat, tidak terbiasa dan tidak selera. Berdasarkan laporan BPS Kabupaten Majalengka (2006), hanya 15,2% anak SD yang mempunyai kebiasaan makan pagi. Pada umumnya anak sudah diberi uang jajan sementara makanan yang dijajakan di sekolah kurang terjamin kandungan gizinya.

Makan pagi dapat menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi sehari yaitu sekitar 450-500 kalori dengan 8-9 gram protein. Selain kandungan gizinya cukup, bentuk makan pagi sebaiknya juga disukai anak-anak dan praktis pembuatannya (Muhilal & Damayanti, 2006).

Kebiasaan makan pagi dapat berkontribusi terhadap status gizi anak. Anak yang biasa makan pagi akan dapat memenuhi kebutuhan gizinya dalam sehari. Penelitian Irawati (2000) menemukan anak yang tidak biasa makan pagi berisiko terhadap status gizi kurang.

Prevalensi status gizi kurang (BB/U) pada penelitian ini sebesar 15,2%, kurus (BB/TB) 0,8% dan pendek (TB/U) 19,7%. Data ini mencerminkan kekurangan gizi masih terjadi pada anak sekolah dasar walaupun prevalensinya termasuk rendah. Berbeda dengan hasil survei Mercycorps. (2005) di Provinsi Riau yang menemukan prevalensi status gizi kurang 25,35%, kurus 3,42% dan pendek 28,37%. Mercycorps. (2005) melakukan survei di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru dan di Kabupaten Kampar.

Indikator BB/U mencerminkan status gizi kurang saat ini dan bila dilakuka berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau Kekurangan Energi Protein (KEP). TB/U merupakan indikator status gizi masa lalu dan dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa. Indikator BB/TB menunjukkan status gizi saat ini dan dapat mengetahui proporsi tubuh kurus, normal atau gemuk (Hartriyanti & Triyanti, 2007).

Kekurangan gizi menyebabkan anak mudah lelah, tidak kuat melakukan aktivitas fisik yang lama, tidak mampu berpikir dan berpartisipasi penuh dalam proses belajar. Risiko untuk menderita penyakit infeksi lebih besar pada anak yang kurang gizi, sehingga tingkat kehadirannya rendah di sekolah (Muhilal & Damayanti, 2006).

Pengaturan makan untuk anak usia sekolah bertujuan membentuk kebiasaan makan yang baik dan berpartisipasi dalam aktivitas olahraga secara teratur, guna mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal, berat badan yang normal, menikmati makanan dan menurunkan risiko menderita penyakit kronis (Muhilal & Damayanti, 2006).

KESIMPULAN

1. Masih banyak ditemukan anak sekolah dasar yang jarang makan pagi.

2. Prevalensi status gizi kurang pada anak sekolah dasar termasuk rendah.

SARAN

1. Bagi pihak sekolah perlu mempertimbangkan penyuluhan tentang pentingnya kebiasaan makan pagi perlu dilakukan di sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menyerap pelajaran di sekolah;

2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah subjek yang lebih besar untuk melihat hubungan kebiasaan makan pagi dengan status gizi, konsentrasi dan prestasi belajar anak sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik (BPS) (2006) Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) Kabupaten Majalengka.

2. Hartriyanti & Triyanti (2007) Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

3. Irawati (2000) Faktor determinan status gizi dan anemia murid SD di desa IDT penerima PMT-AS di Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

4. Kurniasari, R. (2005). Hubungan frekuensi dan asupan gizi makan pagi dengan kadar hemoglobin (Hb) darah dan konsentrasi di sekolah pada murid kelas V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN Jetishardjo 1 Yogyakarta. Tesis, Universitas Gadjah Mada.

5. Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W., Klar, J., Wanga, S.K.L. (1990) Adequacy of sample size in sample size in health studies, Pramono, D. (1997) (alih bahasa) Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1997.

6. Muhilal & Damayanti, D. (2006) Gizi seimbang untuk anak usia sekolah dasar. In : Soekirman, Susana, H., Giarno, M.H. & Lestari Y. eds. Hidup sehat: Gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka.

7. Sibuea (2002) Perbaikan gizi anak sekolah sebagai invesasi SDM.

Tidak ada komentar: